Jauh di tahun 2017, saya pernah membahas secara intens tentang budidaya telur semut rangrang (kroto).
Ternyata walaupun artikel lama, sampai hari ini masih saja relevan.
Sebab, yang namanya budidaya itu hampir tidak banyak berubah.
Oleh karena itu, untuk lebih melengkapi artikel yang berjudul Terbongkar 11 Hal Tak Terduga yang Menyebabkan Budidaya Kroto Anda Gagal, maka saya akan menambah beberapa poin.
Poin-poin ini berkaitan dengan budidaya telur semut / kroto yang sering terjadi pada para peternak kroto.
1. Kurangnya pemahaman tentang siklus hidup semut
Untuk bisa berhasil budidaya, tentu Anda perlu mengetahui siklus hidup semut.
Anda perlu membaca banyak sumber, mendengar pengalaman peternak yang sukses.
Carilah referensi lebih banyak tentang budidaya telur semut ini.
Sebab, banyak orang gagal karena hal-hal kecil yang padahal bisa di hindari.
Siklus hidup semut rangrang
- Telur: Setelah kawin, ratu semut akan bertelur dan meletakkannya di sarang semut. Telur semut rangrang berbentuk oval dan putih. Telur biasanya menetas dalam waktu sekitar 1-2 minggu, tergantung pada suhu lingkungan.
- Larva: Setelah menetas, telur akan menetas menjadi larva. Larva semut rangrang berbentuk cacing dan putih. Larva memakan makanan yang diberikan oleh pekerja semut dan mengalami beberapa kali pergantian kulit sebelum tumbuh menjadi pupa.
- Pupa: Pupa semut rangrang adalah tahap perkembangan selanjutnya. Pupa semut beristirahat di dalam kepompong dan mengalami perubahan besar dalam bentuk dan ukuran. Pupa semut rangrang memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu sebelum siap menetas menjadi semut dewasa.
- Semut Dewasa: Setelah menetas, semut dewasa mulai bertanggung jawab atas tugas yang berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Pekerja semut akan membangun sarang dan mencari makanan, sementara ratu semut akan terus bertelur. Semut jantan biasanya terbang keluar dari sarang untuk mencari pasangan kawin dan mati setelah itu.
Sebagai tambahan, semut membutuhkan kondisi lingkungan yang tepat dan perawatan yang sesuai agar dapat berkembang menjadi koloni semut yang sehat.
Anda mesti memperhatikan suhu ruangan dan sarang, kelembaban udara, serangan predator, dll.
Ada beberapa peternak yang mengeluhkan sarang semutnya hancur karena di serang oleh burung.
Ingat, burung tertentu memangsa semut.
Salah satunya, yang banyak beredar di Indonesia ini:
2. Peletakan Koloni yang Buruk
Ada peternak yang meletakkan koloni terlalu dekat dengan matahari.
Ingat, budidaya kroto ini menggunakan media toples.
Sehingga, jika koloni terkena matahari langsung, maka telur akan rusak.
Himbauan ini tentunya perlu diperhatikan dari awal budidaya.
Walaupun secara logika, kita pastinya tahu hal ini.
Tapi beberapa orang tidak sengaja meletakkan koloni pada tempat yang ternyata terkena sinar matahari langsung.
Di alam terbuka saja, koloni rangrang membangun sarang dengan “membungkus”-nya dengan daun.
Tujuan-nya? tentu saja untuk menghindari sinar matahari langsung.
3. Penggabungan dengan Koloni yang Buruk
Menggabungkan beberapa koloni semut menjadi satu mungkin ide yang bagus.
Sebab, telur yang di hasilkan bisa lebih banyak.
Semut pekerja lintas koloni yang telah “berteman” akan sama-sama fokus menjaga jumlah telur.
Hanya saja, hal ini terkadang bisa menjadi petaka.
Koloni pendatang bisa menyerang koloni yang sudah ada.
Perlu pengalaman dalam menggabungkan koloni.
Hal terpenting yang perlu Anda perhatikan ketika hendak menyatukan koloni adalah: RATU SEMUT.
Jika suatu koloni masih punya ratu, maka sulit sekali melakukan penggabungan.